Skip to main content

A Look Into Industry 4.0

Apa itu Industry 4.0?

Industry 4.0 merupakan revolusi industri ke-4, tahap pengembangan lebih lanjut dari organisasi dan manajemen proses value chain yang terlibat dalam industri, yang berbasis pada cyber-physical systems, menggabungkan dunia nyata dengan dunia virtual. [1]  Industry 4.0 memanfaatkan teknologi internet sebagai konektivitas antar sistemnya.

Image result for industry revolution infographics
Ilustrasi Revolusi Industri

Lingkungan dari Industry 4.0 terdiri atas komponen berikut [1]:

Environtment dari Industry 4.0

Suatu sistem dapat dikatakan Industry 4.0 harus mencakup:

  • Interoperabilitas - mesin, perangkat, sensor dan manusia terkoneksi dan berkomunikasi satu sama lain
  • Transparansi informasi - kontekstualisasi informasi berdasarkan data yang diperoleh dari sensor
  • Bantuan teknis - memberikan bantuan kepada manusia dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah, dan melakukan tugas yang dianggap terlalu sulit atau tidak aman bagi manusia
  • Desentralisasi pembuatan keputusan - kemampuan cyber-physical system untuk membuat keputusan secara mandiri dan menjadi autonomous. [2]

SWOT Industry 4.0 terhadap Indonesia
Kelebihan dari Industry 4.0 bagi Indonesia adalah dapat mengefisiensikan segala proses yang terdapat dalam industri dengan canggihnya teknologi yang digunakan. Data akan lebih mudah dikelola antar sistem karena Industry 4.0 memiliki karakteristik yang menguntungkan yaitu interoperabilitas dan transparansi informasi. 

Namun, terdapat kekurangan dari Industry 4.0 yaitu resiko keamanan data [3]. Keterkaitan antar sistem atau pertukaran data dapat terjadi secara bebas dengan menggunakan internet. Koneksi dapat terjadi dengan sangat mudah, sehingga diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi dalam mengelola data antar sistem.

Tentunya, Industry 4.0 dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi Indonesia. Peluang dari Industry 4.0 adalah mampu meningkatkan daya saing Indonesia di mata industri global, serta memungkinkan Indonesia untuk unlocking its full potential in technology innovations. Industri teknologi yang akan selalu berkembang dapat menjadi pemacu bagi industri indonesia untuk terus melakukan pengembangan dan inovasi teknologi.

Sedangkan, ancaman dapat datang dari sektor tenaga kerja. Dengan adanya Industry 4.0 akan terdapat alterasi pekerjaan di lapangan kerja. Pekerjaan yang seharusnya dapat dilakukan oleh tenaga manusia sudah dapat digantikan dengan proses otomasi. Pekerja yang posisinya tergantikan oleh mesin harus berpindah haluan ke posisi lain atau lapangan kerja lain. 

Apa yang harus Indonesia lakukan?

Saat ini, Kementrian Perindustrian (Kemenperin) sudah membuat roadmap untuk menghadapi Industry 4.0 yaitu Making Indonesia 4.0. Dari Kemenperin sendiri pun memiliki empat langkah strategis dalam mempersiapkan Indonesia menuju Industry 4.0, yaitu:

  1. Mendorong angkatan kerja di Indonesia terus belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk memahami penggunaan teknologi internet of things (IoT) atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri
  2. Pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart IKM
  3. Meminta kepada industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality
  4. Inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis [4]

Menurut saya, langkah-langkah tersebut cukup tepat sebagai transisi Indonesia menuju Industry 4.0, namun perlu ditekankan ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan industri nasional dalam melakukan langkah-langkah tersebut:

  • Pihak perusahaan dapat melakukan training kepada karyawan mengenai implementasi teknologi IoT atau mendorong para karyawan untuk dapat belajar mandiri mengenai teknologi-teknologi yang akan diterapkan pada Industry 4.0 guna mempersiapkan humanware. Dalam melakukan transisi, sangat penting bagi humanware untuk dapat memahami dan memiliki sufficient knowledge mengenai teknologi apa yang akan digunakan dan bagaimana cara menggunakannya - agar tidak mengalami "shock" saat teknologi baru diterapkan. 
  • Perusahaan harus memastikan transisi berjalan lancar - untuk melakukan migrasi penggunaan teknologi, harus dilakukan penyesuaian dalam internal perusahaan. Perusahaan harus dapat mengidentifikasi dengan tepat fungsi kerja mana yang akan terdampak bila terdapat perubahan teknologi yang digunakan. Dalam hal ini, dapat mencakup alokasi sumber daya, infrastruktur teknologi, perubahan basis data (jika diperlukan), dan justifikasi proses bisnis.
  • Dalam melakukan implementasi teknologi Industry 4.0, tiap perusahaan harus melakukan prioritisasi - teknologi mana yang akan terlebih dahulu diimplementasikan. Sebaiknya, implementasi dapat dilakukan secara bertahap, agar perusahaan dapat melakukan manajemen perubahan dengan baik.

Apa yang akan terjadi jika tidak dilakukan?

Tentunya, Indonesia akan mengalami kesulitan untuk "keeping up with the world" - this country will be so far behind in the industrial revolution, because right now Industry 5.0 is already in the horizon.

Closing the gap between the current industry to Industry 5.0 will be much easier for Indonesia if we took one step closer - which is transitioning to Industry 4.0.

Harapannya, dengan Industry 4.0 dapat meningkatkan daya saing industri Indonesia di pasar global. Selain itu, integrasi atau koneksi dengan industri di seluruh dunia akan menjadi lebih mudah apabila Indonesia sudah bertransisi ke Industry 4.0, karena sudah menggunakan standar teknologi yang sama.

---
Pradnya Astari
18215041

Sistem dan Teknologi Informasi
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung

--
Referensi:
[1] https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/ch/Documents/manufacturing/ch-en-manufacturing-industry-4-0-24102014.pdf
[2] https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/06/20/what-everyone-must-know-about-industry-4-0/#1917d2ec795f
[3] https://www2.deloitte.com/insights/us/en/focus/industry-4-0/cybersecurity-managing-risk-in-age-of-connected-production.html
[4] http://www.kemenperin.go.id/artikel/17565/Empat-Strategi-Indonesia-Masuk-Revolusi-Industri-Keempat

Comments

Popular posts from this blog

The Progress of ClickLock

Halo! Pada progress kali ini, akan disampaikan mengenai rancangan hardware dan software. RANCANGAN HARDWARE DAN SOFTWARE Berikut adalah gambar rangkaian hardware dari sistem yang akan dibuat: Berikut adalah flow chart dari program sistem yang akan dibuat. A) Flowchart Program Hardware B) Flowchart Program Aplikasi Web Berikut ini adalah rancangan user interface dari aplikasi web yang akan dibuat. Rancangan user interface merupakan wireframe dari tiap halaman aplikasi web ClickLock. Pembuatan wireframe menggunakan aplikasi Balsamiq Mockup 3. 1. Wireframe Halaman Login Terdapat bagian untuk mengisi username dan password pengguna, dan tombol login untuk redirect ke halaman home apabila login berhasil. 2. Wireframe Halaman Home Terdapat navigation bar yang menampilkan HOME, MENU serta logo LOGOUT, serta pada halaman home terdapat kalimat sambutan untuk pengguna 3. Wireframe Halaman Schedule Terdapat navigation bar, se

Trouble is A Friend - for another IoT Project

Trouble he will find you No matter where you go Oh oh No matter if you're fast No matter if you're slow Oh oh ... Potongan lirik lagu Trouble is A Friend dari mbak Lenka di tahun 2008 mengawali post kali ini.  Masalah tidak perlu dicari, nanti ia akan datang sendiri Pada tugas IMKA kali ini, kami harus mencari sebuah masalah, yang dapat diselesaikan dengan IoT. Hmm kira-kira apa ya? Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan nampak jelas Tidak perlu jauh-jauh mencari masalah. Ternyata setelah disadari, masalah ada di dekat kita! One Real Problem: Ruang kelas sering kali masih terkunci Berdasarkan pengalaman, setidaknya 2 dari 5 kali kelas jam 7 pagi dalam satu minggu, kelas masih terkunci dan perlu mendatangi petugas dukungan teknik untuk membuka pintu ruang kelas. Hal ini menjadi masalah karena hal ini dapat memotong waktu efektif perkuliahan. Kelas yang seharusnya berlangsung selama 50 menit dapat menjadi 40 menit saj